Saat itu diskusi pleno sedang berlangsung. Namun getaran itu seketika membubarkannya. Suara kursi saat orang-orang berdiri pun lebih keras daripada suara getaran bumi. Kepanikan melanda dan menyelimuti.
Sahabatku sempat merekam reaksi kawan-kawan saat gempa (dalam ingatan), sementara saat itu aku segera membereskan barang ke dalam tas, aku tak ingin keluar tanpa tasku. Jika dikenang lagi, mungkin lucu juga. Ada yang langsung berdiri dan kabur, ada yang mendorong kursi-kursi hingga jatuh untuk membuka jalan. Semua dengan wajah cemas dan panik. Meski ternyata ada juga yang tetap duduk tak bergeming di kursinya.
Setelah barang-barangku beres barulah aku berdiri, dan saat ingin keluar ruangan, wah…. penuh. Tak ada jalan, semua antri melewati pintu yang sempit. Namun kaget juga saat melihat kursi-kursi yang terbalik, kertas, buku dan pena berceceran di lantai. Buku-buku robek karena terinjak dan terseret kursi. Kuurungkan niat untuk segera keluar, sepertinya ada yang mesti dibereskan dulu di sini (toh gak bisa lewat).
Hebat, semua kekacauan ini terjadi hanya dalam beberapa detik. Dan itu baru di ruangan ini, di luar sana mungkin kekacauan yang terjadi jauh lebih dahsyat lagi. Apa yang sesungguhnya kita takutkan? Begitu takutnya hingga seringkali kita tak memikirkan yang lain selain menyelamatkan diri dan orang terdekat. Hingga bahkan ada yang tega mengambil hak orang lain demi dirinya.
Apa yang kita takutkan saat gempa? Bangunan yang roboh dan menimpa kita? Tsunami yang datang dan menghanyutkan semua? Rumah dan harta yang kita tinggalkan? Takut berpisah dengan orang tercinta? Takut mati?
Semua berjalan sesuai kehendak-Nya, dan semua telah Ia rencanakan. Mari waspada dan tanggap bencana,itu mesti. Namun sungguh dengan segala usaha pun apa saja bisa terjadi. Bahkan saat kondisi aman dan tenang kita bisa saja tiba-tiba kehilangan segalanya. Mengapa kita begitu takut akan gempa, namun kita tidak takut bermaksiat kepada-Nya? Gempa atau tidak, yang kita cari adalah akhir yang baik untuk menemui-Nya.
Sorenya hari itu, aku mendapat kabar bahwa salah seorang keluarga jauh mendapat musibah dalam pelariannya. Ia jatuh dari motor yang ditumpanginya dan seketika truk lewat menggilas kepala dan dadanya hingga rata.
Wallahu a’lam bishshawwab.
fa aina tazhabun?
kemana pun berlari kalau sudah waktunya ajal pasti kan menemukannya.
Yup,
Tinggal bagaimana kita mempersiapkan bekal menghadapinya.
Mari kita ambil hikma dari bencana ini. Saya juga orang padang
Salam kenal.. Syukran ya kunjungannya..