Posts Tagged With: Jama’atul Muslimin

Arkanul Bai’at 2 : Al-Ikhlas


“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am : 162-163)

“Dari amirul mu’minin, Abu Hafsh Umar bin al-Khaththab ra. berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan…” (HR. Bukhari Muslim)

Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya amal. Ikhlas, yang berarti segalanya dilakukan hanya demi mengharap ridho Allah. Ia tidak mengharapkan pujian, harta maupun ketenaran. Ia tidak kecewa saat usaha yang telah ia lakukan tidak mendapat penghargaan dari makhluk, karena bukan itu yang ada dalam hatinya. Karena ia tahu, Allah telah menilai keikhlasan usahanya.

Manusia tidak bisa menilai atau men-judge seseorang ikhlas atau tidak. Hanya ia dan Allah yang tahu, bahkan terkadang kita tidak tahu sudah ikhlas atau belumkah kita. Kadang tanpa disadari niat-niatan lain telah merasuki hati kita. Karena itu hanya Allah Yang Tahu bagaimana poin kedua ini telah diaplikasikan.

Keikhlasan harus diperbarui setiap waktu. Jika terasa ada kerusakan dalam niat kita, segera mohon ampun dan perbaiki niat tersebut. Yang perlu selalu ditanamkan dalam hati dan pikiran, bahwa jika kita meniatkan sesuatu selain Allah dalam tindakan kita, berarti kita telah menyetarakan-Nya dengan apa yang kita niatkan itu. Beranikah kita? Jika amal yang dikerjakan bukan demi ridho Allah, atau bukan hanya demi ridho Allah, apa yang akan kita bawa pada-Nya di akhirat nanti?

Wallahu a’lam bishshawwab.

 

Categories: Dakwah | Tags: , | 7 Comments

Gubernur Sumbar ke Jerman. Menkominfo Bersalaman dengan Michelle Obama. So What?


Media-media telah menjadikan berita tersebut sebagai sorotan yang dibahas berkali-kali. Gubernur Sumbar yang mengunjungi Mentawai selama tiga hari di saat-saat awal setelah bencana terjadi, disebut tidak peduli pada penderitaan di Mentawai karena berangkat ke Jerman demi kemajuan Sumbar. Menkominfo yang berusaha menjaga hijabnya, namun tetap mendapat musibah bersentuhan tangannya dengan Mrs. Obama, dihujat dan dianggap telah runtuh pertahanannya.

Tidak apa. Hujatan dari lawan apalagi Amerika adalah hal yang amat wajar. Selama ini tentu mereka (orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak suka Islam –dalam hal ini terkhusus PKS- jaya) telah berusaha mencari hingga menciptakan celah yang bisa menjatuhkan, karena begitu minimnya kesalahan yang ada dibandingkan kesalahan mereka dan kelompoknya. Dan saat celah itu ada, dengan semangat membara mereka akan berkoar-koar di media massa dengan redaksi khas media, di mana A bisa dimaknai sebagai Z.

Biar saja. Toh Rasulullah saw dan para sahabat telah mengalami hujatan, hinaan, rintangan dan siksaan yang beratnya tidak terbayangkan. Memang begitulah dakwah. Hujatan-hujatan itu justru akan menambah tabungan kita di akhirat nanti, insya Allah. Jadi saat hujatan itu datang, hadapi saja dengan sabar dan syukur. Tentu dengan tetap memberi klarifikasi, tapi secukupnya saja, tidak perlu terpancing emosi.
Continue reading

Categories: Dakwah, Indonesia, Opini | Tags: , | 2 Comments

Arkanul Bai’at 1 : Al-Fahmu (Paham)


Dalam buku Menuju Jama’atul Muslimin dijabarkan beberapa hal yang mesti dipahami. Kita saat ini pun perlu memahami poin-poin tersebut, di antaranya:

  • Bahwa fikrah kita adalah Islam yang benar
  • Bahwa Islam adalah satu sistem komprehensif yang meliputi seluruh aspek kehidupan
  • Bahwa Al-Qur’an dan hadits adalah rujukan setiap muslim untuk mengenla hokum-hukum Islam
  • Bahwa iman yang benar dan ibadah yang shahih adalah cahaya yang dihunjamkan Allah kepada hati hamba-Nya yang dikehendaki-Nya
  • Bahwa jimat, perdukunan, dan mengaku mengetahui yang gaib adalah kemunkaran yang harus dienyahkan
  • Bahwa pendapat Imam dan wakilnya harus dilaksanakan selama tidak berbenturan dengan nash
  • Bahwa pendapat setiap orang dapt diterima atau ditolah kecuali Rasulullah yang ma’shum. Tidak boleh ‘menyerang’ orang yang berbeda pendapat, kita serahkan mereka kepada niat mereka
  • Bahwa perselisihan dalam fiqih tidak harus membuat perpecahan dalam agama, tetapi harus saling memahami di bawah naungan rasa cinta dan persaudaraan
  • Bahwa pandangan syari’at lebih didahulukan daripada padangan akal dan bahwa hakikat ilmiah tidak mungkin berbenturan dengan kaidah syari’at yang baku

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS Al-Israa’ : 36)

Paham menjadi hal yang utama yang harus kita miliki, karena tanpa memahami, amal yang kita kerjakan tidak sempurna pelaksanaannya. Jika kita melaksanakan shalat lima waktu, diikuti sunat rawatib, lalu dhuha, qiyamul lail dan seterusnya, namun kita tidak memahami shalat-shalat tersebut, bagaimana nilainya di sisi Allah? Wallahu a’lam, namun tentu berbeda dengan orang yang mengerjakan dan juga memahami.

Begitu juga dalam dakwah dan hidup berjama’ah. Begitu banyak hal yang harus kita pahami agar dapat menjalankannya dengan benar. Seringkali perselisihan, kekecewaan, kesalahan bersikap dan lainnya bermula dari kurangnya pemahaman.
Continue reading

Categories: Dakwah | Tags: , , | Leave a comment

Hidup dalam Jama’ah : Arkanul Bai’at


“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (QS Ali Imran : 103)

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS Ali Imran : 105)

“Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda, “Tangan Allah bersama jama’ah.” (HR. Tirmidzi)

“… dan sesungguhnya millah ini akan berpecah menjadi 73 golongan, 72 golongan masuk neraka dan yang satu masuk surga; golongan ini adalah jama’ah.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Islam mengajarkan dan menyuruh umatnya untuk berada dalam sebuah jama’ah. Seperti yang juga diucapkan oleh Umar bin Khattab ra., barangsiapa menginginkan kenikmatan surga, maka hendaklah ia senantiasa berkomitmen dengan jama’ah. Di masa ini saat jama’atul muslimin tidak lagi ada, kita berkewajiban membentuknya kembali, jika tidak ingin termasuk dalam salah satu dari 72 golongan yang dijanjikan neraka.

Hidup berjama’ah tidak bisa disamakan dengan hidup tanpa jama’ah. Sebagaimana tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam, namun jika mengikutinya maka seseorang wajib mengikuti peraturan dan tatanan yang ada di dalamnya. Dalam hidup berjama’ah ada hal-hal yang harus dipenuhi, yang tanpanya seseorang tidak bisa bertahan di dalam jama’ah.

Salah satu hal yang harus dipenuhi itu adalah arkanul bai’at. Dalam tulisan yang bertahap (agar tidak terlalu panjang dan bisa dibaca) ana ingin sampaikan tentang arkanul bai’at yang ana rasakan aplikasinya oleh aktifis di lapangan. Semoga bermanfaat.

 

Categories: Dakwah | Tags: , | Leave a comment