“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am : 162-163)
“Dari amirul mu’minin, Abu Hafsh Umar bin al-Khaththab ra. berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan…” (HR. Bukhari Muslim)
Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya amal. Ikhlas, yang berarti segalanya dilakukan hanya demi mengharap ridho Allah. Ia tidak mengharapkan pujian, harta maupun ketenaran. Ia tidak kecewa saat usaha yang telah ia lakukan tidak mendapat penghargaan dari makhluk, karena bukan itu yang ada dalam hatinya. Karena ia tahu, Allah telah menilai keikhlasan usahanya.
Manusia tidak bisa menilai atau men-judge seseorang ikhlas atau tidak. Hanya ia dan Allah yang tahu, bahkan terkadang kita tidak tahu sudah ikhlas atau belumkah kita. Kadang tanpa disadari niat-niatan lain telah merasuki hati kita. Karena itu hanya Allah Yang Tahu bagaimana poin kedua ini telah diaplikasikan.
Keikhlasan harus diperbarui setiap waktu. Jika terasa ada kerusakan dalam niat kita, segera mohon ampun dan perbaiki niat tersebut. Yang perlu selalu ditanamkan dalam hati dan pikiran, bahwa jika kita meniatkan sesuatu selain Allah dalam tindakan kita, berarti kita telah menyetarakan-Nya dengan apa yang kita niatkan itu. Beranikah kita? Jika amal yang dikerjakan bukan demi ridho Allah, atau bukan hanya demi ridho Allah, apa yang akan kita bawa pada-Nya di akhirat nanti?
Wallahu a’lam bishshawwab.
Recent Comments