Posts Tagged With: Muhasabah

Catatan Perjalanan Hati : Day 1 “Nikmat Luar Biasa yang Sudah Biasa”


Ahad, 24 April 2011

Pukul 15.40 sebuah kijang kapsul silver berhenti di depan rumahku. Mobil travel itu menjemputku untuk berangkat ke Lubuk Basung. Ini dinas daerah pertamaku, dan dinas pertama di Lubuk Basung bagi dua orang seniorku yang baik hati. Perjalanan kami cukup nyaman, tidak ada lagu-lagu aneh yang diputar di travel yang kami naiki dan tidak ada penumpang yang ‘luar biasa’. Meski AC tidak dihidupkan, cuaca di luar yang gerimis dan dingin cukup menetralisir bau-bau yang masuk dari luar.

sumber gambar di sini

Jalan yang kami lalui pun berbeda dari jalan yang biasa kulalui jika menempuh perjalanan ke luar kota. Kami menempuh jalanan dalam pedesaan yang asri dan tenang. Jalan yang kecil dan teduh dinaungi pepohonan. Sesekali sapi, kerbau dan kambing melintasi jalan, mengingatkanku pada Taman Safari Cisarua. Ada juga ibu-ibu yang pulang menenteng hasil panennya. Atau anak-anak yang mandi-mandi di tabek tepi jalan. Anak-anak yang bermain bersama, saling berkejaran dengan riang. Bahkan gadis-gadis desa yang berjalan dengan gaya dan lenggokan yang khas. Bukan sebuah hal yang tidak biasa barangkali, namun aku ingin menjadikan perjalanan seminggu ini sebagai pengalaman yang tak biasa, agar dapat kumaknai setiap detiknya.  Continue reading

Categories: Hikmah, Indonesia, Kisah, Look Into Your Heart, Medis | Tags: , , , , , | 10 Comments

Blog nge-Facebook


Salah seorang akhwat pernah berujar, “Blog sekarang udah kayak facebook ya kak.”

Saya kaget mendengar kalimat itu, “Masa’ sih?” pikir saya. Selama ini saya tetap tidak menggunakan facebook memang terutama untuk menghindari besarnya kemungkinan mudharat yang ada. Karenanya saya menggunakan blog untuk menyalurkan tulisan. Tapi, jika blog pun telah menjadi seperti facebook, wah, bahaya…

Saya lihat lagi penggunaan blog yang dimaksud oleh akhwat tersebut, dan saya mengerti. Ucapannya benar, di mana yang jadi pertimbangan adalah bahaya yang timbul dari blog, kini seperti yang terjadi di facebook.

Yang jadi masalah tentu bukan status yang kontroversial lalu mengundang banyak komentar. Namun masalahnya tulisan di blog yang kini mulai seperti status di facebook. Kita mungkin mulai kurang berhati-hati dalam memilih tulisan yang bisa di-post di blog. Sehingga tulisan yang mestinya hanya untuk internal menjadi terekspos di media.

Nah, buat semua pengguna blog, yuk perhatikan lagi postingan blog kita, apakah isinya memang bisa untuk umum atau tidak… Karena yang membaca blog kita bukan hanya orang-orang yang mengenal kita.

Tulisan seperti apa yang baiknya tidak di-post? Tentu masing-masing kita bisa tahu dan merasa, tulisan ini layak nggak ya…?

 

*Lagi, sebuah teguran untuk diri sendiri

 

Categories: Opini, Uncategorized | Tags: , | 20 Comments

Karena Tidak Ada yang Bisa Dibenarkan


Jika sesuatu terjadi di luar harapan, jika seseorang mempertanyakan tindakan kita, apa yang akan kita lakukan? Akankah langsung mengevaluasi diri? Atau akan mencari pembenaran dengan menyalahkan situasi bahkan orang lain? Atau akan segera menyangkal dengan emosi karena merasa harga diri dilukai?

Semua manusia pernah melakukan kesalahan. Jika ada yang tidak pernah salah, maka ia bukan manusia. Jadi, tidak mengakui kesalahan artinya tidak mengakui bahwa dirinya adalah manusia.

Apa yang salah dengan mengakui sebuah kesalahan? Ia tidak akan mengurangi harga diri, ia tidak akan menghancurkan image, ia tidak akan membuat kita dijauhi. Ia justru akan membuat kita semakin dihargai. Kesalahan yang diakui akan dengan mudah bisa dimaafkan, dan pelakunya akan mendapat tempat yang lebih tinggi.  Continue reading

Categories: Dakwah, Hikmah, Look Into Your Heart | Tags: , , , , , | 10 Comments

It Is Nothing But Us


Things are not going as well as we want. Spikes could be there on our way anytime. Hearts could be hurt, minds could be confused, and selves could be injured. Anything can happen anytime, anywhere. Wanted or not. Expected or not. Predicted or not.

When days went on as usual, with so many problems that could still be faced, another one came up. Not coming slowly, it stood up suddenly. The matter was that this thing affected all. Because of its presence, other problems became hard to endure.

And again, I was beaten by a simple sentence. It made me realized that the problem was not that problem. The problem was nothing but my self. It really was nothing but my self.   Continue reading

Categories: Dakwah, Hikmah, Look Into Your Heart | Tags: , , , , , | 13 Comments

Iblis yang dengan Terpaksa Bertamu Pada Rasulullah saw.


*Repost from Plagiat Baik Hati

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.  Continue reading

Categories: Dakwah, Hikmah, Kisah, Look Into Your Heart | Tags: , , | 13 Comments

Jika Kita Dizalimi (Tribute to Cerebri 07)


A tribute to Cerebri 07 yang sedang tersakiti.

Sebut namanya Aisyah. Adalah ia, seorang anak yatim yang tinggal di sebuah rumah sederhana bersama ibu dan enam orang saudaranya. Ia adalah anak ke-3, dan mengikuti pendidikan di Akper Padang. Di tahun kedua kuliahnya, ia mulai mengenal tarbiyah.

Mendalami Islam dengan sungguh-sungguh adalah hal yang tabu di tahun 80-an. Usroh, yang kini kita kenal dengan sebutan liqo atau mentoring atau halaqoh, dijalani secara diam-diam. Begitu pula dengan Aisyah. Ia mengikuti usroh di malam hari di tempat yang tidak jauh dari rumahnya. Dan ia mendapatkan begitu banyak dari usroh yang diikutinya.

Ia ingin hijrah secara total. Di tahun kedua kuliahnya ia memberanikan diri menghadap dosen untuk meminta izin menggunakan jilbab. Tidak seperti sekarang, jilbab dulu dianggap aneh, asing, bahkan sesat. Apalagi jilbab yang lebar. Yang orang-orang tahu jilbab itu digunakan untuk mencuri, untuk menyembunyikan barang curian. Juga ada isu jilbab beracun, yang katanya di balik jilbab itu disembunyikan racun. Jadi tentu saja, ia tidak mendapat izin.

Di tahun ketiga, keinginannya semakin kuat. Namun izin tetap tidak didapat. Ia berangkat ke kampus dengan menggunakan gamis dan jilbab. Karena dengan pakaian seperti itu ia tidak bisa memasuki kampus, ia mengganti pakaiannya dengan seragam di sebuah rumah di depan kampus. Saat pulang ia ke rumah itu lagi untuk mengganti pakaiannya. Begitu terus setiap hari.  Continue reading

Categories: FK Unand, Hikmah, Kisah, Look Into Your Heart | Tags: , , , , , , , | 38 Comments

Subhanallah, Semua Itu Dosa


Berhati sempit, itu dosa. Kenyang membaca Al-Qur’an, itu dosa. Dosa tak dapat dilihat, namun dapat dirasa. Dan manusia tetap melakukan dosa karena shalatnya belum mampu mencegah kekejian dan kemungkarannya.

Telak, benar-benar menohok. Tanpa disadari mungkin, manusia merasa bangga dengan dosa, tak merasa yang dilakukannya adalah dosa.

Kenyang membaca Al-Qur’an, begitu saja redaksinya tanpa batasan. Barangkali selama ini kita membaca Qur’an satu sampai dua juz, atau lebih dalam sekali (bukan sehari). Saat itu mungkin kita bersyukur dan senang, lalu kita merasa cukup dan ‘kenyang’ membaca Al-Qur’an. Itu dosa. Bagaimana dengan yang baru satu halaman bahkan kurang? Apatah lagi yang tidak membacanya sama sekali.

Dari Utsman bin Affan, hati yang suci tak akan pernah merasa kenyang dengan Al-Qur’an. Berhenti membacanya bukan karena merasa cukup, namun karena memang ada hal lain yang perlu dikerjakan. Jika yang begitu saja adalah dosa, sudah berapa banyak dosa yang kita perbuat?

Dosa bukan hanya untuk sebuah tindakan yang nyata salah. Mengumpat, bergunjing, mengambil hak orang lain, tidak amanah dan sebagainya, statusnya jelas. Namun ternyata tidak sempurnanya kecondongan hati pada kebaikan dan kedekatan pada Allah, itu juga adalah dosa. Shalat tidak khusyuk, malas puasa, menunda kebaikan, bersedekah ala kadarnya yang penting ada. Merasa kesal, tidak mood, kurang senyum, merasa punya masalah paling berat, tidak bahagia dengan ketetapan Allah, ah… terlalu banyak untuk disebutkan.

Subhanallah, semua itu dosa.   Continue reading

Categories: Dakwah, FK Unand, Hikmah, Look Into Your Heart | Tags: , , , , , | 12 Comments

Mati


Bismillah…

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan Menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS Al-Anbiya’ : 35)

Ya Allah, sungguh hamba takut mati… Hamba takut jika subuh menjelang hamba tak bisa bangun lagi… Hamba takut jika hari esok tiba mata ini tak bisa dibuka lagi… Hamba takut jika nanti sakitnya sakaratul maut menghampiri…

Hamba takut Ya Allah…

Di malam hari hamba sering ingin menahan napas ini, berharap waktu berhenti sejenak. Barangkali bisa menunda kematian hamba… Ya Allah sungguh hamba tidak siap… Hamba masih berlumur dosa, dosa yang belum terhapus dengan taubat karena dosa itu selalu terulang lagi…

Ya Allah selamatkan hamba… Hamba tak ingin menghadap-Mu dengan akhir yang buruk lagi cela… Bagaimana jika Engkau memanggil hamba selagi diri ini sedang bermaksiat? Karena hamba terlalu sering lupa dan berbuat dosa, terlalu sering mengikuti hawa nafsu, padahal hamba tahu Engkau tidak menyukainya Ya Allah…

Allah ampuni hamba… Hamba mohon dengan segala kerendahan dan kehinaan… Segala pujian hanya milik-Mu Ya Allah… Segala kuasa ada pada-Mu… Hamba tahu itu, tapi tetap saja hamba masih sering merasa sombong… Hamba masih sering berharap pada manusia, dan lupa untuk banyak berdoa… Sementara hamba tahu, hanya kepada-Mu kami bisa meminta pertolongan..

Ya Allah, hamba takut, hamba tidak siap… Jika suatu saat yang tak akan hamba duga kapan tibanya, malaikat-Mu yang besar datang untuk mencabut nyawa hamba… Hamba takut malaikat-Mu yang mulia akan memberi gambaran neraka, bukannya menyampaikan bau surga…

Astaghfirullahal ‘adzhim…

Ya Allah, menggigil hati hamba karena takut… Ampuni hamba Ya Allah…

Sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang… Bantu hamba untuk terus mengingat mati, bukan hanya di waktu malam tapi juga di waktu siang… Saat hamba sedang terlena dengan dunia, saat hamba bercanda dan berbicara, saat nafsu mencoba merobek keikhlasan hamba, saat hamba sendiri maupun dalam keramaian… Hijabi qalbu ini dari kemaksiatan Ya Allah…

Amin Ya Rabbal ‘alamin…

“Ketahuilah, bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya dan bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Al-Maidah : 98)

“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar : 53)

Semoga hamba syahid di jalan-Mu, amin..

Categories: Hikmah, Look Into Your Heart | Tags: , , , , | 3 Comments

Mengharap Mardhatillah


Allah…

Hamba hanya ingin ridho-Mu… ridho-Mu saja Ya Allah…

Namun seringkali itu hanya ucapan…

Hanya kata-kata yang hamba ucapkan saat memberi nasihat…

Sementara pada kenyataannya, dunia masih menghantui hamba…

Pandangan manusia masih jadi indikator bagi hamba…

Kelalaian masih mengiringi langkah hamba…

Allah…

Hamba hanya ingin mencintai-Mu…

Hamba hanya ingin dekat dengan-Mu…

Namun tetap saja yang selama ini hamba perbuat,

hanya membuat hamba semakin jauh…

Membuat hati hamba semakin tumpul dan beku…

Hingga hari-hari tak lagi mengingat-Mu

Hingga amal-amal hanya menjadi rutinitas kosong, hampa…

Allah…

Mungkin hati ini telah hitam…

Ia tak lagi bisa menilai kebenaran…

Ia tak lagi sensitif dengan kebatilan…

Ia tak lagi jijik dengan maksiat…

Hingga kedustaan pada-Mu menjadi hal biasa…

Allah…

Mungkin diri ini tak lagi pantas Engkau lihat

Karena begitu hina dan kotornya

Bagaimana akan mendapat surga?

Jika kematian saja sering lupa…

Hamba tak lagi ingat dengan Hari Perhitungan-Mu…

Tidak takut pada azab neraka-Mu…

Tidak merindukan surga-Mu…

Allah…

Tidak Ya Allah…

Sungguh hamba sangat mengharap surga…

Hamba ingin bertemu dengan-Mu…

Juga dengan Rasul-Mu…

Dan dengan orang-orang pilihan-Mu…

Izinkan hamba-Mu yang lemah ini bangkit, berubah dan mengubah…

Beri hamba kekuatan ‘tuk jadi lebih baik Ya Allah…

Hanya kepada-Mu hamba memohon pertolongan…

 

(ditulis dalam salah satu sesi sebuah daurah)

Categories: Dakwah, Look Into Your Heart | Tags: , , , | 2 Comments

Begitu Mudah


Begitu mudah mengamati, mengkritik dan mengomentari orang lain. Memang, semut yang di seberang sungai itu lebih jelas fokusnya. Ia lebih gampang dilihat dan dicermati, karena gajah yang di depan mata ini terlalu dekat dan tidak menyenangkan, tidak seru untuk dilihat.

Begitu mudah mengamati, mengkritik dan mengomentari orang lain. Saat saudara kita melakukan kesalahan, begitu cepat mata kita menangkap kesalahannya, begitu tajam telinga kita mendengar beritanya, begitu besar keingintahuan tentang masalahnya, begitu tinggi rasa ingin mengoreksinya.

Begitu mudah mengamati, mengkritik dan mengomentari orang lain. Saat ada keputusan yang tak sesuai kehendak hati, seketika kekecewaan, ketidakpuasan, ketidakpercayaan memenuhi seluk pikiran. Tanda tanya – tanda tanya diungkapkan dalam protes yang bertajuk meminta penjelasan. Kita merasa heran, mengapa keputusan ini yang diambil? Lalu kita memberi berbagai pertimbangan, yang kita rasa tidak dipahami oleh para pengambil keputusan. Kemudian berpikir keputusan ini tidak adil.

Begitu mudah mengamati, mengkritik dan mengomentari orang lain. Bukan, tujuannya bukan untuk kepentingan kita. Kita semua memikirkan jalannya dakwah ini, kita semua mengharapkan jayanya agama ini. Ketika melihat kesalahan orang lain, kita ingin segera memperbaikinya, bukan untuk mengelaborasi kekurangaan saudara. Namun untuk menjaganya, memelihara izzah dakwah, juga memelihara kelangsungan dakwah karena maksiat yang kita lakukan akan berdampak buruk pada dakwah ini. Ketika keputusan yang mengganjal itu tiba, kita juga ingin mengubahnya, atau mempertanyakannya. Bukan untuk menaikkan jabatan, mementingkan salah satu UKM, memikirkan ketenaran, memberi pengaruh. Bukan itu. Namun kita ingin dakwah ini lebih baik jalannya, karena kita merasa ada keputusan yang lebih bijak.

Hhh…

Memang lebih mudah mengamati, mengkritik dan mengomentari orang lain. Ia tidak sesulit mengamati, mengkritik dan mengomentari diri sendiri. Sementara barangkali, dalam diri kita sesungguhnya begitu banyak yang harus diamati, dikritik dan dikomentari…  Sementara barangkali, problematika dakwah ini selalu membanjiri karena kesalahan, maksiat dan dosa dari diri kita, yang terlupa kita amati, kritik dan komentari. Bisa jadi, masalah-masalah yang ada adalah akibat dari kesombongan kita, dari perasaan lebih benar dan lebih tahu, dari hati kita yang hitam dan berkarat. Na’udzubillah…

Begitu mudah mengamati, mengkritik dan mengomentari orang lain. Ya Allah, ampuni hamba… Teruntuk saudara-saudari seperjuangan yang mungkin pernah tersakiti olehku, aku mohon maafkan aku…

Categories: Dakwah, Look Into Your Heart, Opini | Tags: , , , | Leave a comment