Gerobak Kayu Menyapa

Panas benar-benar terik hari ini. Aku pulang dengan motorku dan seperti biasa aku menyeberangi sebuah jalan besar. Aku heran saat melewati jalan itu, ‘tumben rame banget’, pikirku. Dan saat dekat, ternyata satu hal yang menyebabkan keramaian itu adalah sebuah gerobak.

Gerobak itu terletak di tengah jalan tanpa ada yang menaikinya, dan karena dilepas tanpa seorang pengendara, roda gerobak itu berjalan mengikuti kemiringan jalan. Kemudian seorang bapak dengan sedikit berlari segera mencoba mendiamkan gerobak tersebut. Ia terlihat agak panik.

Jalan di depanku mulai terbuka dan aku semakin maju ke tengah. Saat itu aku baru tahu ternyata gerobak yang berisi kayu-kayu itu berhenti di tengah karena beberapa kayunya terjatuh berserak di jalan. Dan bapak tersebut berusaha segera mengumpulkan kayu-kayu yang berjatuhan karena kendaraan pun sudah banyak mengantri di belakangnya. Di tengah jalan aspal yang memantulkan panas dengan semangatnya, asap mobil dan motor yang menyesakkan, di antara mobil-mobil bagus yang dikendarai orang-orang berkantong tebal, bapak itu tetap teguh mengumpulkan kayunya. Salah satu kayu itu dilindas oleh sebuah jazz merah, dan bapak itu memungutnya setelah jazz itu lewat.

Tiba-tiba hatiku terasa sakit sekali melihatnya, dan air mataku mengalir seketika. Ingin sekali rasanya aku berhenti dan membantu bapak itu mengumpulkan kayunya. Namun jalanan yang penuh menghalangiku. Dan bayangan seorang bapak yang kurus dan hitam dengan wajah lelah dan panik yang sedang memungut kayu di tengah jalan terus bermain di benakku. Entah apa yang dirasakan oleh beliau saat itu. Mungkin beliau kepanasan, kelelahan dan keringat telah membasahi seluruh tubuhnya. Mungkin ia mengkhawatirkan gerobaknya yang tak bisa ia pegang akan bergerak sendiri menabrak mobil-mobil bagus dan mahal di sekitarnya. Mungkin ia cemas orang-orang akan merasa kesal padanya karena telah membuat jalan menjadi macet. Mungkin ia memikirkan banyak hal lainnya.

Aku merasa tertohok, kembali diingatkan akan kesulitan hidup orang-orang di sekitar. Sudahkah aku bersyukur? Sudahkan aku membagi segala kemudahan yang kunikmati dengan orang-orang yang membutuhkan? Sudahkah kulalui ujian kenikmatan ini dengan baik? Atau aku sudah gagal tanpa sadar dan telah jatuh ke jurang dalam hingga tak bisa keluar lagi?

Mari kita rewind apa yang sudah kita lakukan selama ini. Kebanyakan kita merasa kesal saat ada gerobak yang berjalan lambat di depan kita. Dengan tidak sabar mobil dan motor mengklakson gerobak yang memang tak bisa berjalan lebih cepat, gerobak yang mungkin dikendarai oleh seorang kepala keluarga yang memikirkan nasib istri dan anak-anaknya di rumah, gerobak yang mungkin dikayuh oleh kaki-kaki berbetis besar yang telah kelelahan bekerja sejak dini hari. Gerobak yang seandainya pun memang berada di jalan yang salah, kita tahu pemiliknya buka orang yang hidup serba ada.

Astaghfirullah…

Ampuni kelalaian dan kesombongan hamba Ya Allah. Berikan kemudahan pada orang-orang yang kesulitan, berikan mereka kelapangan hati hingga segala masalah bisa mereka ikhlaskan dan masalah-masalah itu memudahkan jalan mereka ke surga-Mu. Amin.

Categories: Indonesia, Kisah, Look Into Your Heart | Tags: , | 2 Comments

Post navigation

2 thoughts on “Gerobak Kayu Menyapa

  1. amin…

    terkadang kita dalam kondisi yg serba tak bisa itu kak, dan bgtu bnyk org lain yang sudah tak sensitif lg hatinya

    http://checool.blogspot.com/2010/02/bapak-tua-pengamen-itu.html

  2. iya, sekarang egonya sudah tinggi dan tidak jarang org” hanya melewati dan hanya melihat saja ..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: