Ahad, 24 April 2011
Pukul 15.40 sebuah kijang kapsul silver berhenti di depan rumahku. Mobil travel itu menjemputku untuk berangkat ke Lubuk Basung. Ini dinas daerah pertamaku, dan dinas pertama di Lubuk Basung bagi dua orang seniorku yang baik hati. Perjalanan kami cukup nyaman, tidak ada lagu-lagu aneh yang diputar di travel yang kami naiki dan tidak ada penumpang yang ‘luar biasa’. Meski AC tidak dihidupkan, cuaca di luar yang gerimis dan dingin cukup menetralisir bau-bau yang masuk dari luar.
sumber gambar di sini
Jalan yang kami lalui pun berbeda dari jalan yang biasa kulalui jika menempuh perjalanan ke luar kota. Kami menempuh jalanan dalam pedesaan yang asri dan tenang. Jalan yang kecil dan teduh dinaungi pepohonan. Sesekali sapi, kerbau dan kambing melintasi jalan, mengingatkanku pada Taman Safari Cisarua. Ada juga ibu-ibu yang pulang menenteng hasil panennya. Atau anak-anak yang mandi-mandi di tabek tepi jalan. Anak-anak yang bermain bersama, saling berkejaran dengan riang. Bahkan gadis-gadis desa yang berjalan dengan gaya dan lenggokan yang khas. Bukan sebuah hal yang tidak biasa barangkali, namun aku ingin menjadikan perjalanan seminggu ini sebagai pengalaman yang tak biasa, agar dapat kumaknai setiap detiknya.
Sekitar jam 18.55 untuk pertama kalinya kakiku menapaki tanah Lubuk Basung. Setelah menurunkan barang dan membayar travel yang didiskon lima ribu rupiah, kami memasuki RSUD Lubuk Basung. Rumah sakit sepi, tidak hiruk pikuk sehingga gesekan antara roda-roda travel bag kami dengan lantai cukup meriuhkan suasana. Kami lalu memasuki SMF Penyakit Dalam yang posisinya sudah ditanyakan kepada satpam sebelumnya.
Di SMF Penyakit Dalam RSUD Lubuk Basung, kami menemui seorang perawat, berkenalan dan mengakrabkan diri sebentar. Kami diberi kunci sebuah ruangan yang akan menjadi kamar kami. Di atas pintu ruangan itu terpasang papan bertuliskan KA SMF. Kami masuk dan aku senang melihat ruangan yang kami dapatkan. Kami disambut oleh kamar berukuran sedang yang berisi satu kasur, dua buah meja, empat buah kursi, satu buah lemari, satu kipas angin dan kamar mandi.
Sebelumnya saat kutanyakan pada senior, “Kak, kita di daerah tinggalnya di mana?” Mereka menjawab, “Mungkin di bangsal.” Mendengar jawaban itu yang terbayang olehku adalah sebuah ruangan dengan beberapa bed pasien yang sengaja dikosongkan untuk dokter muda. Aku masih belum memahami apa yang dimaksud dengan ‘bangsal’, hingga aku berada di sini. Dengan jawaban bangsal itu aku sudah bersiap-siap dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Alhamdulillah tempat ini sangat layak.
Kami bersiap-siap dan kemudian melapor pada perawat bangsal. Lalu kami ke IGD untuk menemui dokter jaga. Setelah itu kami makan malam di depan rumah sakit sebelum kembali ke kamar kami di bangsal. Di kamar, kami membersihkan ruangan dan mengatur posisi perabot-perabot yang ada sebaik mungkin. Akhirnya ruangan yang tadinya seperti kantor kini jadi senyaman kamar sendiri.
Jam setengah sepuluh malam, perawat memberitahukan bahwa ada pasien baru yang masuk. Pasien ini juga merupakan pasien interne pertama untuk hari ini di RSUD Lubuk Basung. Kami bersama mengunjungi pasien tersebut : seorang bapak-bapak berusia 50 tahun yang datang dengan keluhan sesak napas.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik berjalan seiring. Bapak tersebut dan istrinya adalah orang yang ramah, dan tidak segan bercerita. Ternyata bapak ini sudah merokok sejak usia 11 tahun, dengan jumlah 2 bungkus per hari yang isi per bungkusnya 20 batang. Berarti tiap hari bapak ini bisa menghabiskan 40 batang rokok! Setelah pemeriksaan segera kuisi laporan jaga. Pasien ini menjadi tanggung jawabku.
Menjelang tengah malam kami dipanggil karena bapak tersebut semakin sesak. Kami segera datang dan memposisikan beliau agar berada dalam keadaan setengah duduk. Alhamdulillah beberapa saat setelah itu sesaknya mereda.
Allah tak pernah meminta kita membayar udara yang kita hirup. Kandungan, komposisi dan persentasenya pun senantiasa dijaga agar tetap seimbang. Namun seringkali kita lupa mensyukuri nikmat luar biasa yang sudah biasa, tak menyadari bahwa dengan udara itulah kita hidup. Dengan udara dan kesempatan bernapas yang Allah beri kita bisa menjalani segala aktivitas. Atau mungkin kita juga ingin mencoba rasanya sesak napas? Jangankan yang berkepanjangan, yang sebentar saja pun tak akan tahan.
selamat bekerja kak^^
ganbatte kak! ^^ smangat slalu..smg sukses disana..
Have a nice trip…
*Btw, your duty can be considered as a trip I suppose 🙂
Semoga pasiennya survive dan semoga calon pasien lain sadar bahwa we can expect nothing from smoking but a worse life
There’s nothing i can say but agree.
Terimakasih Nasehatnya.
Selamat bekerja Bu Dokter Muda!
Selamat Menempuh Hidup Baru, ukh…hehe…
Semangat Ukh…
selamat berjihad di jalan dokter
Hello my fellow doctor 🙂
teteeeh saya Alhamdulillah keterima di FK UNS walaupun gak di Unand juga yg penting jd dokter 😀
Berjuang teh ! Innallaha ma’ana
Semangat semangat !!
Selamat yah… ^^
Walau pun masih “dokter MUDA”, tetap berupaya berikan pelayanan untuk orang yang membutuhkan, dengan sebaik-baiknya, bahkan harus lebih baik dari yang spesialis.
Lebih dekatlah ke masyarakat, kalau bisa sebelum mereka datang ke rumah sakit. Sebenarnya kedatangan mereka ke rumah sakit bisa dicegah jika para dokter bisa memberikan edukasi hidup sehat sejak awal di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya.