Seri Mendidik Anak 1 : Ibadah – Shalat

(dalam Seri Mendidik Anak)

Bagaimana agar anak tidak susah disuruh shalat? Atau mungkin shalat anak masih dengan main-main, atau ngebut asal cepat selesai, atau hanya shalat jika disuruh?

Memang, Rasulullah saw menyuruh umatnya mengajarkan shalat pada anak saat ia berusia 7 tahun. Namun agar anak mau shalat tentunya tidak bisa serta merta ketika usianya menginjak tahun ketujuh lantas kita mengatakan, “Nak, shalat lagi ya.”

Ajarkan anak shalat sejak dini. Saat anak mulai bisa berjalan, setiap kita shalat selalu sertakan anak. Ajak anak dengan menyediakan sajadah khusus untuknya. Lalu ketika kita sedang shalat, apapun yang terjadi pada anak selagi tidak membahayakan dirinya, shalat jangan diputus. Pada saatnya nanti anak akan terbiasa. Tentu sebelumnya, lingkungan di sekitar dipastikan dalam keadaan aman, dan anak sudah dipakaikan popok. 

Hal seperti ini terus dilakukan di setiap lima waktu shalat. Harus konsisten, tidak boleh bosan. Anak terus dibantu mengambil wudhu’ yang benar. Wudhu’nya tetap diawasi dan dikontrol terus. Kalau ada bagian-bagian yang tidak terkena air wudhu’ minta anak untuk mengulang wudhu’nya, jangan lupa disertai memberi pemahaman tentang urgensi wudhu’ dan manfaatnya. Begitu juga dengan bacaan shalat. Minta anak membacanya keras-keras, dengan tartil.

Setelah usianya 3 tahun, bangunkan anak setiap subuh. Kalau belum shalat isya dan anak sudah tertidur duluan, tetap bangunkan anak agar shalat isya dahulu. Mulai usia 7 tahun, kalau anak shalatnya main-main, suruh ulang kembali.

Ketika waktu shalat masuk, suruh anak mematikan TV, berhenti menonton, dan menghentikan kegiatan lainnya. Biasakan shalat berjamaah, di mesjid khususnya bagi anak laki-laki. Ketika anak sakit, jangan sampai shalatnya tertinggal. Anak kita bantu untuk tetap shalat walau dengan tayamum, shalat duduk atau tidur. Begitu juga ketika dalam perjalanan jauh, shalatnya tidak boleh sampai ada yang tinggal. Kita ajarkan anak untuk menjamak dan mengqashar. Kerjakan shalat dan tayamum di atas bus kalau busnya tidak berhenti. Sehingga tidak ada alasan bagi anak untuk meninggalkan shalat. Anak harus tahu, shalat baru boleh ditinggal kalau kita pingsan atau tidak sadar atau mati. Selain dari itu tidak ada alasan untuk meninggalkan shalat.

Repot?? Ya… repot sekali. Dan harus tega. Banyak tantangan yang datang dari keluarga dan lingkungan. Sampai-sampai saya dan suami dibilang kejam sekali dengan  anak. “Kok Kejam sekali sama anaknya… Kan masih kecil juga…” atau “Jangan terlalu keras dengan anak…” dan lainnya.

Namun alhamdulillah, kesungguhan saya dan suami mebuahkan hasil yang luar biasa. Pada usia TK, semua anak-anak saya sudah melaksanakan shalat lima waktu, tidak ada yang bolong lagi. Tidak payah disuruh-suruh lagi. Walau sedang sakit, di kendaraan umum atau dalam perjalanan jauh. Walau saya dan suami tidak di rumah, atau sedang ada acara keramaian di rumah keluarga. Dalam situasi apa pun tidak ada anak-anak saya yang mau meninggalkan shalat. Waktu suami sedang di luar kota, saya seharian kerja dan pulang kuliah jam 11 malam, anak-anak sudah pada tidur. Saya mengecek ke pengasuh bagaimana shalat anak-anak selama saya tidak ada. Pengasuhnya bilang, semua shalat tanpa disuruh-suruh. Alhamdulillah…

Dan alhamdulillah sejak kecil semua sudah pandai menjamak, mengqashar, menambah rakaat jika masbuk, dan tayamum. Pernah suatu hari anak yang paling kecil agak lambat bangun, ia baru bangun ketika kami selesai berjamaah. Anak saya pun marah-marah karena tidak dibangunkan sehingga tidak bisa ikut berjamaah.

Tidak hanya shalat lima waktu, biasakan juga anak untuk rajin melaksanakan shalat-shalat sunnah. Rawatib, dhuha dan tahajud. Alhamdulillah, anak-anak saya rutin melaksanakan shalat-shalat sunnah. Bahkan membangunkan orang tuanya untuk shalat tahajud.

Anak-anak pernah bilang, dulu sempat iri melihat saudara-saudara sepupu, teman-teman mereka yang dibiarkan asik bermain, menonton, tidak diganggu dengan memaksa shalat. Mereka hanya diingatkan dengan ucapan “Shalat…shalat…” Tapi akhirnya mereka tidak shalat. Enak sekali mereka… Namun anak-anak pun akhirnya mengerti dan menyadari bahwa saya dan suami benar, setelah mereka melihat dan merasakan sendiri bagaimana perbandingan pemahaman dan penerapan ibadah dan akhlak mereka dengan sepupu-sepupu dan teman-temannya.

Kita semua tahu shalat mencegah perbuatan keji dan munkar. Mari, rutinkan dan baikkan shalat anak sejak dini.

 

Categories: Dakwah, Hikmah, Keluarga, Kisah | Tags: , , , , | 8 Comments

Post navigation

8 thoughts on “Seri Mendidik Anak 1 : Ibadah – Shalat

  1. fah, bagus ada keterangan ini tulisan dari siapa.. biar tidak terkesan ambigu, nanti dikira fifah yg sudah punya anak.. hahahaha…

  2. Ya phen…
    Tapi karena ini serial susah juga kalau setiap kali ditulis sumbernya, makanya dipasang link (dalam Seri Mendidik Anak) di atasnya..
    Tapi biar ditambahin deh,, syukran phen… 🙂

  3. Nurina

    kalau pengalaman saya sebagai new mommy, mengenalkan anak dengan sholat–ibadah yang menghadapkan hamba kepada TuhanNya tanpa perantara– justru ketika anak masih dalam buaian, ketika mengandung, setiap tiba waktu sholat ada baiknya mengelus-elus perut dengan penuh kasih sayang sambil berkata ,”Nak, sudah waktunya menghadap Allah. azan sudah memanggil kita. sholat yuk”. sang anak InsyaAlloh akan merespon dengan gerakan gerakan khasnya.
    dan saat ini, ketika umur anak saya belum genap tiga bulan, setiap waktu sholat tiba (ketika anak saya dalam keadaan terjaga) saya bawa ia beserta kasurnya , saya sejajarkan dengan posisi shaf saya. setidaknya , sang anak harus “diberi pengertian”, sekarang waktunya sholat nak, ikutin ummi yah”, ada baiknya mengeraskan suara tiap kali takbir dalam sholat agar didengar oleh sang buah hati.

    share pengalaman saja sih..semoga bermanfaat…

  4. Asep Suryana

    saya punya anak umur 18th setiap saya nyuruh dia sholat malah menolaknya keras akhirnya saat saya bangunkan dian (susah sekali) saya siram mukanya dengan air

  5. waaah, tulisan ini membantu banyak orang tua untuk mengajarkan kepada anaknya untuk sholat dan berbagai macam aturan agama, thanks sudah dishare mbak afifah …

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: