I Won’t Say Goodbye, My Beloved FSKI (part 1)

Semenjak SD, forum keislaman adalah impian bagi saya. Meski hanya mengetahuinya dari cerpen-cerpen di Ummi dan Annida, namun saya bisa merasakan betapa indahnya suasana dalam forum. Mengangkatkan acara Islami, rapat dengan hijab dan sesuai tuntunan Islam, persaudaraan dengan sesama muslim. Wah… kapan ya bisa merasakannya secara langsung…?

Memasuki SMP, saya langsung bertekad akan bergabung dengan Rohis. Saya terus menanti kapan ekskul bisa diikuti. Namun malang, tidak ada Rohis… Pupus harapan saya saat itu. Akhirnya ekskul yang saya ikuti adalah Pramuka dan PMR. Tapi karena tidak begitu berminat saya jadi sering absen. Beberapa waktu kemudian pihak sekolah membentuk remaja mesjid sekolah, dan saya diundang. Saya berharap ini akan jadi rohis, tapi ternyata kegiatan yang diminta sekolah malah yasinan…

Selama sekolah di tiga SMP negeri, rohis tetap tidak ada. Baiklah, tidak apa. Masih ada harapan di SMA. Alhamdulillah tanpa ragu saya mengikuti BRM (Bina Remaja Muslim) SMA 2 Padang dan bertemu sahabat-sahabat di sana. Saya cukup senang dengan suasananya, juga kegiatan-kegiatannya. Tapi ternyata saya tidak begitu menikmatinya.

Teman-teman saya rata-rata study oriented, plus anak gaul… Belum lagi dengan kelas saya yang jadwalnya sering beda dengan kelas yang lain. Meski menjabat sebagai wakil ketua keputrian, tetap kontribusi saya tidak banyak. Saya lebih dekat dengan teman-teman di kelas daripada di BRM. Sehingga kalau ada acara BRM, kadang saya tidak bisa hadir lebih dikarenakan teman saya yang tidak mau ikut. Memang susah mengajaknya. Namun mereka adalah teman saya sejak hari pertama sekolah, kami saling mengenal di saat tidak banyak yang kami kenal. Dan kami langsung cocok, rumah ternyata dekat, jalan kaki lagi berangkat atau pulang sekolahnya.. Les juga sama. Wirid remaja dan pesantren Ramadhan selalu bareng. Dekat dengan keluarga masing-masing. What else can you ask for?

Sebenarnya dalam hati ingin sekali lebih aktif lagi di BRM, namun keinginan itu tidak ada penyokongnya, saya belum punya kelompok liqo. Sempat waktu itu dibentuk mentoring oleh alumni, namun karena teman-teman sulit hadir, akhirnya pertemuan hanya berlangsung dua kali, sedih… Liqo pun diam-diam selalu saya rindu. Saat mendengar tentang liqo ummi, sepupu, atau membaca tentangnya, seringkali berlinang air mata karena rindunya. Saya hanya bisa berkhayal tentangnya. Hingga terasa seperti ada batu yang menghantam, saat kemudian di penghujung kelas 12 saya baru tahu, ternyata teman-teman di kelas-kelas lain ada yang liqo, dan mereka sudah berjalan cukup lama. Kenapa saya tidak diajak…?? Saya sangat sedih, hancur rasanya hati ini…

Akhirnya UAN dan SPMB memudarkan ingatan saya tentang liqo. Saya bukan siswa yang sangat rajin waktu SMA, jika dibandingkan dengan teman-teman sekelas. Waktu mereka membahas soal UAN dan SPMB dan saya coba ikutan, saya malah bertanya pada diri sendiri, “Ada ya dulu kita belajar tentang itu? Kelas berapa? Kok fifah gak tau ya?”. Namun meski begitu belajar tetap adalah orientasi utama saya saat sekolah. Alhamdulillah meski persiapan dimulai lebih lambat, Allah mengizinkan saya lulus di pilihan pertama.

Status berubah menjadi mahasiswa. Kerinduan saya kembali membuncah. FSKI, yang sejak awal pendaftaran mahasiswa baru sudah memikat hati saya. Akhwat-akhwat dengan jilbab yang anggun bertebaran di gedung auditorium, menyejukkan mata dan hati. Ah… akhirnya… Kesempatan besar… Waktu BAKTI pun di pengenalan UKM, saya sangat bersemangat ketika FSKI menampilkan diri. Saat itu yang dipresentasikan FSKI adalah sebuah video renungan, dan saya menyaksikannya dengan tumpahan air di wajah saya. Yah… malu juga sebenarnya, karena kalau saya menangis akan sangat membekas cukup lama di wajah. Saya juga belum punya teman yang akhwat yang bisa saya ajak nangis bareng. Telan saja rasa malu itu, sejak kapan kamu bisa menahan air mata, afifah?? Mau bagaimana lagi?

Nah, jika bagi kebanyakan orang masa SMA adalah masa terindah, bagi saya masa terindah adalah masa kuliah. Indah….. sekali faradisa. Hehe.. (peace ndah ^^v). Karena di sini, terutama di FSKI, saya merasa hidup saya lebih berarti. I love FSKI… (Hh… tarik napas dulu, rasa cinta ini meluap-luap)

Bagaimana ya menggambarkan FSKI… Agak rumit rasanya karena begitu banyak yang ingin diungkapkan, khawatir tulisan ini terlalu panjang. Baiklah, FSKI di part ke-2 saja… Nantikan ceritanya ya… I won’t say goodbye, my beloved FSKI.

Syukran jazakumullah…

Categories: Dakwah, FK Unand, Kisah, Opini | Tags: , , , , , , , | 3 Comments

Post navigation

3 thoughts on “I Won’t Say Goodbye, My Beloved FSKI (part 1)

  1. Subhanallah,,aku juga ingin masuk FK Unand InshaAllah..

  2. fski

    we never say good bye ukhti 🙂

Leave a reply to snowyautumn Cancel reply