Kakak Mau yang Kayak Abi

Mereka bertiga duduk di dalam sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan sedang. Malam itu jalan cukup sepi, beberapa mobil dan truk berlari kencang. Perjalanan mereka nikmati dengan perbincangan yang akrab. Gadis itu bersama ummi dan abinya. Ia mendengar dengan antusias cerita tentang proses ta’aruf hingga walimah kedua orang tuanya.

Beberapa kali ia berdecak kagum, kemudian tertawa, lalu terharu dan sesekali menggoda orang tuanya. Lalu saat ia mendengar kisah tentang kehidupan di awal pernikahan ummi dan abinya, juga di saat masa kecilnya, ia merasa dirinya sungguh tak tahu berterima kasih. Perjuangan mereka takkan mampu terbalaskan.

Kisah selesai didongengkan. Perbincangan berlanjut dengan diskusi lepas. Umminya menceritakan tentang abi dan abinya pun menceritakan tentang ummi. Ia sangat senang malam itu. Perjalanan yang biasanya dihabiskan dengan tidur dalam mobil karena jarak yang jauh kini jadi terasa begitu singkat.

“Kakak mau dapat yang kayak abi,” ujarnya kemudian.

“Bi, senanglah tu… Anaknya bangga sama abinya,” sahut ummi.

Namun saat itu sang abi tidak banyak merespon. Gadis itu tidak tahu apa yang dipikirkan oleh abinya, namun yang ada dalam pikirannya saat itu adalah sebuah kekaguman besar akan sosok abi yang dicintainya. Sosok yang penuh keteladanan, dengan kepemimpinan yang berwibawa. Ketegasan yang membawa perbaikan. Kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Dan hal yang begitu ia banggakan : cinta dan pengorbanan abi untuk anak-anaknya, tiada yang dapat menggantikan.

Abi, yang bekerja dari pagi hingga sore untuk menafkahi keluarga, bahkan malam pun masih harus melaksanakan tugas.

Abi, yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya, bahkan keinginan pun, jika hal tersebut bukan hal yang mubadzir dan mendatangkan lebih banyak mudharat.

Abi, yang selalu mengatakan “Beli, beli…!” dan dijawab dengan “Eh… abi ni… Beli semua…” atau “Nian bi? Boleh?” atau “Mahal tapi bi…” oleh anak-anaknya jika ada barang yang mereka inginkan.

Abi, yang tidak peduli dengan ikat pinggang kulit yang sudah puluhan tahun digunakan, namun selalu memperhatikan ikat pinggang anak-anaknya.

Abi, yang dengan segala kesibukan dan keletihannya selalu punya waktu untuk berkumpul, bercanda, tertawa dengan keluarganya.

Abi, yang pernah mendapat semprotan kotoran bayinya di wajah saat telah siap untuk pergi bekerja.

Abi, yang tetap istiqomah dalam dakwah meski begitu banyak rintangan dan cobaan berat yang datang, yang barangkali kebanyakan orang akan berjatuhan di jalan dakwah jika mengalaminya.

Abi, yang menjadi rujukan dalam keluarga namun tak pernah ragu dan malu menanyakan suatu ilmu pada anak-anaknya.

Abi, yang segera mencari referensi dari internet, menge-print dan membawanya pulang jika ada sesuatu yang dibutuhkan anaknya.

Abi, yang selalu membantu ummi mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tak peduli dan tak memperlihatkan letih dan stress sepulang kerja.

Abi, yang selalu berkata, “Kok mahal nian..” jika ummi membelikan pakaian untuknya. Atau “Dak lah, mahal.” jika ummi menawarkan sebuah barang saat di toko. Padahal pakaian dan barang anak-anaknya jauh lebih mahal dari itu, tapi abi bilang “Belilah.”

Abi, yang tawanya begitu menarik dan khas, hingga matanya hanya tinggal sebuah garis tipis.

Abi, yang sangat peduli dengan attitude, yang sangat rapi, yang teratur.

Abi, yang selalu mengucapkan “Halo…” di telepon dengan nada yang khas, atau mengawali percakapan di telepon dengan lelucon lucu.

Abi, yang menangis haru saat anaknya lulus universitas, dan langsung menanyakan “Kapan beli laptop? Motor juga perlu tu.”

Abi, yang menjadi pemimpin di keluarga besarnya.

Abi, yang kini menginjak usia 46 tahun dan rambut putihnya mulai mendominasi.

Abi, yang menanamkan prinsip-prinsip Islam dari yang ushul hingga furu’ pada anak-anaknya sejak mereka kecil.

Abi, yang selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, yang kasih sayangnya begitu kental terasa.

Abi, yang selalu menyertakan keluarganya dalam doa dan munajatnya.

Ia semakin merasa kerdil. Terlalu banyak kebaikan abinya kepadanya, namun terlalu banyak pula kekurangan yang ia perlihatkan pada abinya. Harapan abi yang belum dapat ia penuhi, atau mungkin ketidakpatuhan yang melahirkan rasa sedih dan kecewa. Atau bisa jadi terlalu banyak permintaan tanpa memberi.

“Abi, maafkan kakak… Kakak cinta abi dan ummi…” pikirnya.

Hingga ia terlelap malam itu, hingga detik ini, dan hingga akhir nanti, kekagumannya dan kecintaannya pada abi takkan pernah pudar. Ia justru akan semakin terang meski berada dalam lubuk hati yang terdalam.

Categories: Hikmah, Kisah, Look Into Your Heart, Opini | Tags: , , , , , | 37 Comments

Post navigation

37 thoughts on “Kakak Mau yang Kayak Abi

  1. g bisa comment banyak…
    netes2 air mata amd bacanya…

  2. jadi malu .. he..he

  3. subhanallah

  4. welan

    subhanallah,afifah…orang tua kita memang adalah sosok yang terbaik, bersyukurlah punya keduanya…
    jika fah merindukan kulkas besar yang penuh dengan jus di dalamnya, maka kk pun tetap merindukan mesin cuci dan tumpukan piring saat pagi menjelang,^^,

  5. like,like,like! baguuus kak! >__<

  6. Riri Triana

    Q jadi rindu papa,meskipun dirumah sendiri
    masing” kita punya kenangan sendiri dg keluarga

  7. Subhanallah….
    ^^

  8. kalau venny kagum banget sama papa.. tapi gak mau dapet yang kyak papa.. mungkin sosok yang dikagumi dengan kelebihan yang lain.. biar ada variasi di keluarga…
    hehehe..

  9. alm…. ex kaput tladan…. 🙂 nice blog

  10. assalamualaikum wr wb…kakak…. 1 lagi yang bikiin lucu….banyak pake logat jambi….jadi kangen ayah di rumah…hehehehe …ayak kami jugo tu…. kalo di tawarin beli beli jugo dak mau…

  11. keren. like this

  12. like this

  13. imel

    asw……. amin, mdh2n fifah dpt yang fifah mau… ^^
    imel suka tulisannya… sgt detail…
    smua yang baca jd teringat sosok ayah,,,
    dan mmbuat genangan di mata ini tumpah

  14. Subhanallah, … jdi bermimpi, seandainya sosok abi menjadi pemimpin dinegeri ini, yg tidak hanya membahagiakan keluarga kecil dlm satu rumah tetapi membahagiakan keluarga besar dalam sebuah rumah yg besar yg bernama Indonesia. Bermimpin malam ini, … menjadi kenyataan Esok hari, Insyallah, … Allahuakbar

  15. Assalamualaikum Fah…
    Nice story…jadi kira kira apa ya yang ada dipikiran Abi waktu Fifah mau yang kayak Abi?
    😀

    Semoga Abi-abi dan seluruh Umi di dunia ini senantiasa mendapatkan limpahan keberkahan dari Allah melalui anak-anak yang sholeh dan sholehah.

  16. kangen abi di rumah..abi yang sangat2 tak banyak bicara,super cool!..kekakuannya yg sampe sekarang,hampi2 tak pernah menelepon anaknya(saya) kadang susah ditebak beliau sayang dg saya atau ndak..ternyata ummi bercerita jika setiap malam sebelum tidur,abimu senantiasa bercerita ttg masa kecilmu .saya tahu,kasih sayangnya yg luarbiasa untuk saya
    ;ipeh makasih tulisannya,tetesan airmata tak mampu saya tahan 😥

  17. He… Pasti ummi dan abi sangat bangga punya anak seperti eyin.. 😀

  18. ayah punya cara sendiri dlm mencintai keluarganya..hiks,hiks..

  19. sayyidahali

    abii oh abii..hehe..salam kenal

  20. Ceritanya menginspirasi saya …

  21. Motivasi dari critanya kenak banget ..

  22. ceritanya mengahrukan..

Leave a reply to afifah amatullah Cancel reply